Tidak jarang aku memilih menyendiri dan menjaga jarak darimu.
Terkadang rasa lelah menghampiriku. Lelah untuk terus menghadapi
sikapmu. Aku tahu, aku bukan sosok perempuan kuat yang benar-benar
bermental baja. Aku hanyalah seorang perempuan lemah yang terkadang
manja dan banyak berkeluh kesah daripada mensyukuri apa yang aku miliki.
Aku tahu, kamu pun tahu kekuranganku. Sampai kapan aku harus
berpura-pura menjadi sosok perempuan sempurna yang sibuk memainkan
peran. Kapan kamu sadar bahwa aku bukanlah sosok yang kamu idam-idamkan?
Aku yang ini bukan sosok seperti itu.
Aku terlalu berfokus padamu. (http://www.hdfreeimages.in)
Aku yang sebenarnya sudah
diambang lelah, namun tetap tidak bisa untuk beranjak darimu. Aku yang serba
khawatir menunggu kabarmu saat kamu memang tidak mampu berada di sampingku. Aku
yang takut apabila kamu merasa bahwa aku tidak ada saat dibutuhkan. Dan itulah
gambaranku, yang terlalu berfokus pada satu sosok yaitu kamu. Kamu.
Saat sinar ketulusan itu terpancar dari sisi abu-abumu.
Setelah beberapa lama belajar
sabar dan bertahan untukmu, ada seberkas sinar dimatamu yang menggambarkan
ketulusan. Dan kebingungan pun mulai mengusik setiap inci ruang kosong di
otakku. Harus terus bertahan atau benar-benar pergi melangkah ke gerbang yang
terbuka.
Kamu yang aku terima apa adanya,
jangan terus bersikap seadanya. Aku yang ingin kamu
membiarkanku menjadi apa yang aku mau, aku yang apa adanya namun tidak ingin diperjuangkan
seadanya. Belajar saling memperbaiki kekurangan dan tetap
saling memantaskan diri. Dan aku pun sedang belajar menjadi perempuan yang bisa
meredam egomu & mengikis gengsimu.
Kita pun tetap berjalan beriringan. (http://www.hdfreeimages.in)
Aku memberikan waktu di sela-sela kesibukanku. Kamu tahu, tugas akhir kuliah yang sedang aku jalani bisa
menguras tenaga dan pikiranku. Tapi, permasalahan sepele denganmu lebih bisa
menguras seluruh tenagaku. Perdebatan yang sering kali terjadi aku anggap bukan
masalah ketidakcocokan, tapi ini masalah pendewasaan diri. Bagaimana kita
menghadapi masalah dan menyelesaikannya. Tentu tidak dengan jalan emosi. Dan
ternyata salah satu dari kita bisa berhasil mengalah dan terus berjalan beriringan.
Subang, 3 Februari 2016
Jesi Komalasari
Jesi Komalasari