Kamis, 15 September 2016

Surat Terbuka Untukmu Teman Hidupku Kelak

Doa ku terus berulang,  layaknya kayuhan sepeda yang akan membawa kita menuju kesana

Tahukah kamu doa apa yang aku panjatkan selama ini dalam masa penantianku? KepadaNya yang maha pemurah lagi maha penyayang, aku meminta untuk disandingkan dengan pilihanNya yang terbaik. Karena terbaik menurut perkiraanku belum tentu terbaik menurutNya. Sekarang kamu pun hadir dan masuk kedalam kehidupanku. Entahlah aku belum tahu benar kamu yang sekarang itu jawaban dariNya atau bukan. Biarlah waktu yang mengungkap semuanya. Karena masih banyak kemungkinan-kemungkinan lain selain aku dan kamu yang akan menjadi kita. Mungkin saja masih ada dia yang lain. Mungkin saja aku hanya persinggahanmu. Mungkin dan mungkin.

Aku tahu perkenalan kita masih terbilang seumur jagung. Tapi keseriusanmu bertandang dan menemui orangtuaku itu sanggup mengikis keraguan dalam hati. Jujur ini adalah kali pertamaku diperkenalkan dengan tipe orang sepertimu. Kamu yang pernah terjatuh sampai harus merangkak mencari penopang untuk sanggup berdiri lagi ternyata tidak ragu mengambil keputusan seperti itu. Padahal aku merupakan orang yang sangat asing untukmu. Tapi sudahlah sekali lagi aku ingin waktu yang menjawab semuanya.

Terimakasihku tak henti terucap untukmu yang mau dekat. Namun, banyak hal yang belum kamu ketahui tentang makhluk manja ini. Terlalu lama waktu yang dibutuhkan untuk sekedar membahas sifat buruk di diriku. Dan aku harap kamu tak berhenti begitu saja atau membiarkanku nyaman dengan sifat-sifat yang sudah melekat selama 21 tahun itu. Aku harap kamu tidak bosan mengingatkanku akan kebaikan. Karena sebagai imam yang baik, kamu kelak wajib menegurku bila aku salah. Dan sebaliknya kamu pun tidak boleh marah saat aku sedikit lancang mengoreksi apa yang menurutku salah pada dirimu. Karena kita sama-sama manusia biasa yang tidak luput dari kesalahan.

Sekarang gadis manja ini sedang bersusah payah memantaskan diri dan menyiapkan semuanya. Ya kamu tahu bukan, seperti mahawiswi kebanyakan aku pun disibukkan dengan tugas-tugas perkuliahan ditambah delapan jam bekerja selama lima hari. Aku yang ini masih harus banyak belajar apabila ingin menjadi perempuan teristimewamu. Mungkin ibu mu pun masih ragu untuk menitipkan anak kesayangannya padaku. Takut-takut gizinya tidak terpenuhi, ya karena keahlian memasakku berhenti di telor ceplok, telor matasapi, nasi goreng, mie instan dan masakan-masakan receh lain yang anak SD pun bisa memasaknya.

Aku tahu kamu tipe orang penyabar. Aku harap kesabaranmu untukku tidak ada batasannya, karena mungkin saja kamu masih harus menanti beberapa saat agar semuanya siap. Selama masa penantianmu, tetaplah yakin apabila kita berjodoh maka tidak akan ada sesuatu pun sanggup untuk memisahkannya. Jaga dirimu baik-baik dan jaga aku dengan doa mu. Sebelum sepenuhnya hidupku aku serahkan untuk mengabdi padamu.

Edit di pagi hari
Asrama Putri 4

Jesi Komalasari :)

Rabu, 14 September 2016

Untukmu Sosok Tak Terduga Yang Menembus Dasar Hatiku

"Perkenalan kita memang tak pernah direncanakan tapi entah kenapa rasa nyaman itu ada dikali pertama kita dipertemukan".

Semesta memang telah merencanakan pertemuan antara dua sosok yang pernah terluka untuk saling mengobati

Perkenalan kita memang begitu tidak terencana. Bahkan aku tidak pernah melihat batang hidungmu sebelumnya di rumahmu sendiri. Aku hanya mengenal ibumu, ayahmu dan adik-adikmu. Tanpa tahu ada anggota keluarga lain di keluarga mereka yaitu kamu. Kamu yang memang mempunyai kepribadian introvert dan tidak terlalu suka bertemu orang baru katanya.

Aku tahu sedikit cerita masa lalumu dari Ibu dan Adik lelakimu. Mereka mengungkap sedikit demi sedikit rahasia kehidupanmu

Agak menggelitik memang saat Ibu mu bercerita bahwa rupaku mengingatkannya pada sosok yang dulu pernah begitu dekat denganmu dan keluargamu. Beliau menceritakan rahasia yang tidak sepenuhnya benar kepada aku yang memang baru ia kenal. Tapi dari hal yang tersirat dapat ditarik kesimpulan bahwa ada kekecewaan yang amat sangat saat harus mengungkap kembali cerita tersebut. Aku pun dapat memaklumi apabila sikap seorang ibu ingin menutup rapat luka lama yang hampir kering dengan tidak terlalu terbuka terhadap orang baru.

Dari sekian banyak kemungkinan dan pilihan, adik lelakimu memilih aku sebagai orang yang ingin dikenalkannya padamu

Terlalu banyak bentuk tanda tanya menggantung diotakku apabila harus mengingat kali pertama adik laki-lakimu mengenalkanku padamu di jejaring sosial. Entah harus berapa kali aku bertanya tentang alasan dibalik semua itu. Jika harus diingat, luka sebelumnya saja masih basah dan aku sangat tidak tertarik untuk mengenal orang baru. Tapi, menutup hati pun bukan hal yang terlalu baik. Biarlah mengalir seperti yang seharusnya.

Ingat kali pertama kita bertemu?

Semua singkat seperti mimpi dan kesan pertama yang terasa adalah kamu sosok laki-laki dewasa dan supel. Kedewasaan yang terpancar dari sikapmu tidak menutupi sifat humoris yang memang lebih menonjol di dirimu. Mematahkan semua spekulasiku tentang kepribadian introvert mu. Aku berpikir ulang untuk mengenalmu lebih jauh, takut-takut rasa kemarin masih memengaruhiku. Namun, kamu membawaku masuk ke tengah-tengah keluargamu dan itu membuatku yakin bahwa kamu bukan tipe lelaki kebanyakan.

LDR

Jarak sebagai pemisah bukan menjadi penghalang kita untuk lebih saling mengenal. Bahkan jarak mengajarkan kita arti sebuah kepercayaan. Terkadang sulit menemukan waktu untuk bercengkrama, ada saat dimana kamu mempunyai waktu lengang dan aku sedang sibuk-sibuknya. Dan sebaliknya saat aku lengang kamu sedang bergelut kerja dan kuliah sampai larut malam.
Tapi ada satu prinsip yang kita pegang, itu pun sederhana, yaitu
"Allah tak pernah kehabisan cara untuk menyatukan yang berjodoh atau memisahkan yang tak berjodoh, lantas apa yang harus dirisaukan?"
Berpegang prinsip tersebut, kita masih bisa menikmati jarak dan waktu yang sulit dipertemukan. Sabar dan terus melakukan yang terbaik dengan tidak mengganggu kegiatan masing-masing. Walaupun sesekali ingin rasanya merengek manja seperti gadis kebanyakan. Tapi aku tahu kewajiban lebih penting daripada hak kala itu.

Obat Penenang

Setelah beberapa saat tenggelam dengan kesibukan masing-masing, ada saatnya waktu mengalah dan mempertemukan kita. Ada perasaan canggung dan malu memang bila mata ini terpaksa saling beradu tatap. Tapi entahlah senyum dan tawamu seolah selalu berhasil menjadi obat penenangku. Semoga kata semoga ini tidak hanya menjadi sebuah kata semoga. Semoga semua kemungkinan baik tetap berjalan baik dan apabila ada kemungkinan buruk semoga hanya sebuah kemungkinan yang tidak mungkin.

Minggu, 26 Juni 2016

Bertanya pada diri sendiri

Momen bulan suci ramadhan selalu berhasil membuatku mengingat kejadian masa lalu terlebih dengan ramadhan tahun-tahun sebelum ini. Kali ke-4 ramadhan di Subang dan apa yang aku rasakan? Sebuah ketenangan. Setelah banyaknya cobaan, musibah atau apapun yang menuntut air mata keluar aku rasa ramadhan sekarang aku lebih dewasa dari sebelumnya. Allah SWT selalu memberi jalan terbaik dengan peristiwa-peristiwanya yang tidak mudah terlupa.

Bagaimana dengan perjalanan spiritualku?

Aku masih seperti aku yang dulu, belum terdapat perubahan signifikan dalam hidup. Tapi aku pun tidak mau bila harus terus menjadi pribadi yang sama tanpa ingin berubah ke arah yang lebih baik lagi. Ada tekad yang kuat untuk tidak mengulangi kesalahan-kesalahan terdahulu yang memang sebuah ketersesatan. Sekarang aku pribadi bebas dan lebih terbuka dengan keluarga. Baru kali ini aku menyadari bahwa mereka adalah hal paling berharga yang ku punya. Mama, beliau sosok nomor 1 yang sangat peduli dalam diamnya. Aku saja yang terlalu egois dalam menyimpulkan semuanya. Mereka orang-orang terbaik yang Allah beri untukku.

Hal apa saja yang aku takutkan dalam hidup?

Sebenarnya banyak yang aku takutkan dalam hidup, tapi mengingat sang penguasa semesta yang begitu baik aku rasa tidak ada yang perlu ditakutkan. Sebuah takdir yang memang tidak dapat dirubah hanya perlu cara bagaimana kita menyikapinya. Sedangkan nasib yang menghampiri hanya perlu usaha lebih bila ingin mendapatkan hasil yang lebih pula. Semudah dan sesimple itu bukan? Untuk prakteknya perlu hati yang kuat dalam menerima, mengikhlaskan dan bersyukur.

Bagaimana keadaan pertemanan ku?

Masalah dalam pertemanan terkadang memang sangat mengganggu. Tapi dari masalah yang telah terlewati tersebut aku jadi lebih belajar untuk menghargai sesama. Bulan kemarin konflik dengan sahabat telah terselesaikan. Aku yang menganggap sepele memang seharusnya membuka mata.  Untuk kedepannya teman tetaplah teman, mereka mungkin akan pergi jauh dan menghilang. Yang terpenting sekarang adalah melewati momen-momen bersama dengan sebaik-baiknya.

Bagaimana keadaan hatiku?

Oh rasanya muak untuk membicarakan masalah ini. Walaupun tidak secara langsung, aku tahu ada saja orang yang senang saat aku terjatuh. Maka dari itu aku tidak mau ada orang yang senang dengan keterpurukanku. Aku bukan sosok serapuh itu. Sekarang aku bangkit dan bisa langsung berlari dengan sendirinya. Kalau aku mau, aku bisa saja menghempaskan orang yang telah menjatuhkanku. Tapi aku juga tidak setega itu. Aku lebih suka membuatnya terlelap dan bangun secara mendadak. Lalu dengan mata yang terbelalak memandang sosok ku yang memang sudah benar-benar berbeda. So, sekarang aku punya hati baru dengan harapan yang baru. Allah maha membolak-balikan hati, pengalaman kemarin adalah yang paling berharga yang pernah aku alami.

Apa rencana setelah lulus?

Biasanya aku akan sedikit gila kalau harus memikirkan masa depan. Sama seperti saat ada orang bertanya apa cita-citaku. Cita-cita? Aku bukan lagi seorang anak yang masih duduk di bangku Sekolah Dasar. Sekarang semua yang aku ucapkan harus bisa aku pertanggungjawabkan. Untuk masalah setelah lulus yang paling penting karena aku anak sulung tentu aku ingin sedikit membantu kedua orangtua dalam bentuk apa pun itu. Masalah kerja dimana pun aku tidak peduli yang penting bisa sering pulang untuk bertemu keluarga dan tentu ada hasil yang didapat. Dan dalam perjalanan seperti itu aku berharap dapat bertemu dengan sosok yang Allah janjikan sebagai pasanganku. Aaminn.
Ada hal gila yang ingin aku lakukan jika aku punya penghasilan sendiri. Aku ingin kuliah lagi, Jurusan Matematika. Kenapa? Karena aku suka dengan ilmu tersebut. Passion itu segalanya bukan? Aku tidak punya cita-cita ingin menjadi Ahli Matematika atau seorang pendidik di bidang Matematika. Aku hanya ingin menikmati hidup dengan apa pun yang aku sukai.


Semoga ramadhan tahun ini menjadi garis Start ku untuk memperbaiki diri dan memulai kehidupan yang baru setelah ini.

Subang, 26 Juni 2016
14:32
Jesi Komalasari

Sabtu, 07 Mei 2016

Wahai Sahabat Terimakasih Untuk Pelajaran Hidup Yang Kalian Ajarkan

Riz'al Nurul Amany (Uyung), Jesi Komalasari (Jeje) & Euis Siti Robiatul Adawiyah (Ceuceu).

Nursidik (X), Dede Ruslan Suryana (Dede) & Jesi Komalasari (Jeje).

Waktu memang terasa singkat bagi setiap insan yang menikmatinya. Kita tidak pernah tahu skenario apa yang sudah direncanakan sang Penguasa Semesta di masa selanjutnya. Seperti halnya kita yang tidak bermaksud untuk menjalin persahabatan manis ini. Kalian merupakan anugerah yang Allah beri untukku saat aku tidak mengenal seorang pun di lingkungan baru. Kalian mampu menerima seburuk apapun aku. Bersama kalian, aku tidak takut menjadi diriku sendiri.

Semakin lama semakin kalian tahu siapa aku. Kekurangan dan keburukan sifat yang ku miliki terkadang membuat kalian lelah bahkan pula benci. Tetapi kesabaran kalian dalam menghadapi sikapku membuatku merasa ada yang membuat kalian berbeda dari teman lainnya. Kalian memberi ketulusan arti sebuah persahabatan. Membuatku lebih peka dan sadar bahwa sikap egois tidak ada dalam kamus persahabatan.

Kepedulian menjadi alasan kalian selalu ada untuk anak manja ini. Terlalu banyak waktu dibuang sia-sia hanya untuk mendengar curahan hati yang tidak begitu penting dariku. Memang selain Allah dan keluarga, kalian menjadi tumpuan lain untuk mencurahkan segala hal yang ku alami. Aku yang masih sering menuntut  ini ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Tentunya dengan guru seperti kalian. Maaf jika aku belum bisa belajar arti sebuah kepedulian dari kalian.

Aku yang lebih sering mengeluh daripada memberi motivasi. Kalian sahabat terbaikku. Maafkan diri ini yang belum bisa belajar lebih dari hal-hal yang kalian ajarkan. Maafkan jika sikapku membuat kalian kecewa bahkan terluka. Aku harap persahabatan kita tetap berjalan seperti yang kita angan-angankan.


Note :
Ini hanya sebuah tulisan sederhana yang tidak sepenuhnya dapat menggambarkan arti sebuah sahabat. Yang jelas aku ingin kalian tidak terlupakan dan tersimpan rapi di memori otakku. Karena kita tidak akan selalu bersama selamanya, tapi kisah kita akan selalu terkenang sampai kapan pun.

Cikalongwetan, 07 Mei 2016

Jesi Komalasari

Jumat, 06 Mei 2016

Hati & Logika


markistonguetied.wordpress.com

Logika selalu berusaha memperingati Hati bahwa apa yang ia pilih itu salah. Tapi Hati meneriaki dan meredam suara logika. Hati berkata ia ingin tetap ada dalam situasi yang menurutnya menyenangkan. Membuatnya terbang dan jatuh diantara kelap-kelip ribuan bintang. 

Namun seiring berjalannya waktu, Hati keliru tentang apa yang sering ia khayalkan. Semua hanya angan-angan dan harapan semu. Hati terluka, terjatuh, hancur dan tak ada yang menemani. Logika pun hanya bisa memberi nasehat pada Hati agar lebih bijaksana dalam bertindak. 

Semua hal yang menurut Hati benar sejatinya masih harus dipertimbangkan oleh Logika. Mulai saat ini Hati dan Logika harus berteman baik dan saling menasehati satu sama lain. Selalu berjalan seirama dalam memandang suatu hal bersama. Karena sesuai kodratnya Hati tidak bisa berjalan sendiri tanpa ada Logika yang menemani.


Catatan Singkat Facebookku yang sedikit dirombak ~
Subang, 17 Februari 2016 22:01
Jesi Komalasari

Rabu, 02 Maret 2016

AKU YANG LELAH, NAMUN TETAP TIDAK BISA BERANJAK DARIMU

Tidak jarang aku memilih menyendiri dan menjaga jarak darimu. 


Terkadang rasa lelah menghampiriku. Lelah untuk terus menghadapi sikapmu. Aku tahu, aku bukan sosok perempuan kuat yang benar-benar bermental baja. Aku hanyalah seorang perempuan lemah yang terkadang manja dan banyak berkeluh kesah daripada mensyukuri apa yang aku miliki. Aku tahu, kamu pun tahu kekuranganku. Sampai kapan aku harus berpura-pura menjadi sosok perempuan sempurna yang sibuk memainkan peran. Kapan kamu sadar bahwa aku bukanlah sosok yang kamu idam-idamkan? Aku yang ini bukan sosok seperti itu.


 Aku terlalu berfokus padamu.  (http://www.hdfreeimages.in)
Aku yang sebenarnya sudah diambang lelah, namun tetap tidak bisa untuk beranjak darimu. Aku yang serba khawatir menunggu kabarmu saat kamu memang tidak mampu berada di sampingku. Aku yang takut apabila kamu merasa bahwa aku tidak ada saat dibutuhkan. Dan itulah gambaranku, yang terlalu berfokus pada satu sosok yaitu kamu. Kamu.



Saat sinar ketulusan itu terpancar dari sisi abu-abumu.  
Setelah beberapa lama belajar sabar dan bertahan untukmu, ada seberkas sinar dimatamu yang menggambarkan ketulusan. Dan kebingungan pun mulai mengusik setiap inci ruang kosong di otakku. Harus terus bertahan atau benar-benar pergi melangkah ke gerbang yang terbuka.  


 Jangan kau pertahankanku seadanya, terima aku apa adanya.
 (http://www.hdfreeimages.in)
Kamu yang aku terima apa adanya, jangan terus bersikap seadanya. Aku yang ingin kamu membiarkanku menjadi apa yang aku mau, aku yang apa adanya namun tidak ingin diperjuangkan seadanya. Belajar saling memperbaiki kekurangan dan tetap saling memantaskan diri. Dan aku pun sedang belajar menjadi perempuan yang bisa meredam egomu &  mengikis gengsimu. 


 Kita pun tetap berjalan beriringan (http://www.hdfreeimages.in)

Aku memberikan waktu di sela-sela kesibukanku. Kamu tahu, tugas akhir kuliah yang sedang aku jalani bisa menguras tenaga dan pikiranku. Tapi, permasalahan sepele denganmu lebih bisa menguras seluruh tenagaku. Perdebatan yang sering kali terjadi aku anggap bukan masalah ketidakcocokan, tapi ini masalah pendewasaan diri. Bagaimana kita menghadapi masalah dan menyelesaikannya. Tentu tidak dengan jalan emosi. Dan ternyata salah satu dari kita bisa berhasil mengalah dan terus berjalan beriringan.

Subang, 3 Februari 2016
Jesi Komalasari