"Perkenalan kita memang tak pernah direncanakan tapi entah kenapa rasa nyaman itu ada dikali pertama kita dipertemukan".
Semesta memang telah merencanakan pertemuan antara dua sosok yang pernah terluka untuk saling mengobati
Perkenalan
kita memang begitu tidak terencana. Bahkan aku tidak pernah melihat
batang hidungmu sebelumnya di rumahmu sendiri. Aku hanya mengenal ibumu,
ayahmu dan adik-adikmu. Tanpa tahu ada anggota keluarga lain di
keluarga mereka yaitu kamu. Kamu yang memang mempunyai kepribadian introvert dan tidak terlalu suka bertemu orang baru katanya.
Aku tahu sedikit cerita masa lalumu dari Ibu dan Adik lelakimu. Mereka mengungkap sedikit demi sedikit rahasia kehidupanmu
Agak
menggelitik memang saat Ibu mu bercerita bahwa rupaku mengingatkannya
pada sosok yang dulu pernah begitu dekat denganmu dan keluargamu. Beliau
menceritakan rahasia yang tidak sepenuhnya benar kepada aku yang memang
baru ia kenal. Tapi dari hal yang tersirat dapat ditarik kesimpulan
bahwa ada kekecewaan yang amat sangat saat harus mengungkap kembali
cerita tersebut. Aku pun dapat memaklumi apabila sikap seorang ibu ingin
menutup rapat luka lama yang hampir kering dengan tidak terlalu terbuka
terhadap orang baru.
Dari sekian banyak kemungkinan dan pilihan, adik lelakimu memilih aku sebagai orang yang ingin dikenalkannya padamu
Terlalu
banyak bentuk tanda tanya menggantung diotakku apabila harus mengingat
kali pertama adik laki-lakimu mengenalkanku padamu di jejaring sosial.
Entah harus berapa kali aku bertanya tentang alasan dibalik semua itu.
Jika harus diingat, luka sebelumnya saja masih basah dan aku sangat
tidak tertarik untuk mengenal orang baru. Tapi, menutup hati pun bukan
hal yang terlalu baik. Biarlah mengalir seperti yang seharusnya.
Ingat kali pertama kita bertemu?
Semua singkat seperti mimpi dan kesan pertama yang terasa adalah kamu sosok laki-laki dewasa dan supel. Kedewasaan
yang terpancar dari sikapmu tidak menutupi sifat humoris yang memang
lebih menonjol di dirimu. Mematahkan semua spekulasiku tentang
kepribadian introvert mu. Aku berpikir ulang untuk mengenalmu
lebih jauh, takut-takut rasa kemarin masih memengaruhiku. Namun, kamu
membawaku masuk ke tengah-tengah keluargamu dan itu membuatku yakin
bahwa kamu bukan tipe lelaki kebanyakan.
LDR
Jarak
sebagai pemisah bukan menjadi penghalang kita untuk lebih saling
mengenal. Bahkan jarak mengajarkan kita arti sebuah kepercayaan.
Terkadang sulit menemukan waktu untuk bercengkrama, ada saat dimana kamu
mempunyai waktu lengang dan aku sedang sibuk-sibuknya. Dan sebaliknya
saat aku lengang kamu sedang bergelut kerja dan kuliah sampai larut
malam.
Tapi ada satu prinsip yang kita pegang, itu pun sederhana, yaitu
"Allah tak pernah kehabisan cara untuk menyatukan yang berjodoh atau memisahkan yang tak berjodoh, lantas apa yang harus dirisaukan?"
Berpegang
prinsip tersebut, kita masih bisa menikmati jarak dan waktu yang sulit
dipertemukan. Sabar dan terus melakukan yang terbaik dengan tidak
mengganggu kegiatan masing-masing. Walaupun sesekali ingin rasanya
merengek manja seperti gadis kebanyakan. Tapi aku tahu kewajiban lebih
penting daripada hak kala itu.
Obat Penenang
Setelah
beberapa saat tenggelam dengan kesibukan masing-masing, ada saatnya
waktu mengalah dan mempertemukan kita. Ada perasaan canggung dan malu
memang bila mata ini terpaksa saling beradu tatap. Tapi entahlah senyum
dan tawamu seolah selalu berhasil menjadi obat penenangku. Semoga kata
semoga ini tidak hanya menjadi sebuah kata semoga. Semoga semua
kemungkinan baik tetap berjalan baik dan apabila ada kemungkinan buruk
semoga hanya sebuah kemungkinan yang tidak mungkin.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar